Sabtu, 09 Mei 2015

RRP Ekonomi Sistem dan Alat Pembayaran Menggunakan Talking Chip (Keping Bicara)


TUGAS
STRATEGI PEMBELAJARAN EKONOMI LANJUTAN

                              Dosen Pengampu              : Dr. Marwan, M.Si.

index
Kelompok 6
Nama                                       Nim
Anna Muthavia                       14179027
Elza Vebrian                           14179006
Hermita                                   14179010


PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG


Tugas Stategi Pembelajaran

1.      Silahkan pilih salah satu KD yang ada di K-13 SMA/SMK
KD yang dipilih dalam tugas ini adalah :
Kompetensi dasar : Mendeskripsikan sistem pembayaran dan alat pembayaran

2.      Pilihlah salah satu pembelajaran
Indikator : Mengklasifikasikan jenis-jenis sistem pembayaran

3.      Berdasarkan KD  dan Indikator tersebut, pilihlah salah satu metode/teknik yang tedapat dalam pembelajaran kolaboratif.
Dari KD dan Indikator. Maka untuk proses pembelajaran dikelas kami memilih Metode pembelajaran kolaboratif  Talking Chip (Keping Bicara)

4.      Selanjutnya jelasan alasan mengapa metode/tekni tersebut dipilih?
Alasan penggunaan metode tersebut yaitu dengan penggunaan Talking Chip siswa dituntut untuk berpartisipasi dalam sebuah kelompok diskusi, menyerahkan sebuah tanda etiap kali mereka berbicara tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru, guru hanya menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai, kemudian guru memimpin diskusi, dan kemudian menambahkan materi yang belum diungkapkan para siswa, dan kemudian siswa bersama dengan guru menyimpulkan materi. Jadi, dengan metode Talking Chip (Keping Bicara), tujuannya dalah menjamin partisipasi yang setara dengan mengatur seberapa banyak seiap anggota kelompok diperbolehkan berbicara. Karena menekankan partisipasi yang penuh dan seimbang dari semua peserta,teknik ini mendorong peserta yang pendiam ikut berbicara dan yang suka berbicara berefleksi.

5.      Metode pembelajaran yang dipakai yaitu diskusi.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan yaitu pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach).


6.      Jelaskan langkah-langkah (sintaks) dalam mengimplementasikan metode/teknik tersebut!
Talking chips pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Dalam kegiatan talking chips, masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontruksi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam pelaksanaan talking chips setiap anggota kelompok diberi sejumlah kartu / “chips” (biasanya dua sampai tiga kartu). Setiap kali salah seorang anggota kelompok menyampaikan pendapat dalam diskusi, ia harus meletakan satu kartunya ditengah kelompok. Setiap anggota diperkenankan menambah pendapatnya sampai semua kartu yang dimilikinya habis. Jika kartu yang dimilikinya habis, ia tidak boleh berbicara lagi sampai semua anggota kelomoknya juga menghabiskan semua kartu mereka.
Jika semua kartu telah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi-bagi kartu lagi dan diskusi dapat diteruskan kembali (Kagan, 2000 : 47). Secara sederhana, penggunaan kartu dapat diganti oleh benda-benda kecil lainnya yang dapat menarik perhatian siswa, misalnya kancing, kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim, dan lain-lain. Karena benda-benda tersebut berbunyi gemerincing, maka istilah untuk talking chips dapat disebut juga dengan “kancing gemerincing” (Lie, 2002 : 63).
Langkah-langkah (Sintaks) dari model pembelajaran kolaboratif Talking Chip (Keping Bicara) adalah sebagai berikut:
1.      Guru menyiapkan kotak kecil yang berisikan kancing-kancing(bisa juga benda-benda kecil lainnya)
2.      Peserta didik dikelompokkan kedalam sebuah kelompok yang beranggota 3- 4 orang
3.      Setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing
4.      Para siswa dalam kelompoknya membahas atau diskusi untuk menyelesaikan masalah yang diberikan guru.
5.      Setiap siswa yang ingin bicara atau mengemukakan suatu ide, siswa tersebut terlebih dahulu harus mengangkat kartunya, kemudian ka guru membertanya disimpan ditengah meja pada kelompoknya.
6.      Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
7.      Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai,kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali
8.      Setelah diskusi dianggap selesai guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang didapatkan dari kegiatan diskusi yang dilakukan.
9.      Kemudian jika dirasa perlu guru memberi evaluasi singkat untuk mengetahui tingkat serapan siswa dari materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
10.  penutup

7.      berdasarkan KD/Indikator dan pilihan metode/teknik tersebut, maka kembangkanlah sebuah RPP dengan memperhatikan pendekatan saintifik dalam kegiatan inti pembelajaran.


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah                       :
Mata Pelajaran            : Ekonomi
Kelas / Semester          : X Sosial / II  
Materi Pokok              : Sistem pembayaran
Alokasiwaktu              : 1 x 3 JP


 


A.    Kompetensi Inti
KI 1
:
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2
:
Menghayati, mengamalkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi   atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3
:
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,  serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4
:
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,dan mampu menggunakan metoda sesuai  kaidah keilmuan.



B.     Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan sistem alat pembayaran dan alat pembayaran

Indikator
Mengklasifikasikan jenis-jenis sistem pembayaran

C.    Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu mengklasifikasikan jenis-jenis sistem pembayaran

D.    Materi Pembelajaran
Mengklasifikasikan jenis-jenis sistem pembayaran

E.     Metode dan Model Pembelajaran
1.      Metode Pembelajaran                   : Pendekatan Saintific
2.      Straategi/model pembelajaran       : Diskusi,kelompok,ceramah, Tanya jawab
3.      Metode Pembelajaran                   : Talking chips (kancing berbicara)

F.     Media, Alat dan Sumber Pembelajaran
1.      Media                                :  kartu, video audiovisual jenis system pembelajaran
2.      Alat / Bahan                      : Peta Konsep, Proyektor, Laptop.
3.      Sumber Belajar                  : Buku Ekonomi Kurikulum 2013, media masa
  cetak/elektronik

G.    Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan
Deskripsi
Alokasi Waktu
Pendahuluan
1.   Salah seorang siswa memimpin Do’a untuk menciptakan suasana religious dalam belajar (KI-1)
2.   Guru memperhatikan kehasiran siswa dalam rangka membangun rasa peduli lingkungan antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya (KI-2)
3.    Meotivasi kesiapan belajar siswa dengan menanyakan tentang masalah ekonomi dan cara emngatasinya dalam kehidupan sehari-hari agar terciptanya kondisi yang kondusif (Komunikatif dan kreatif) KI-2)
4.   Menginformasikan tujuan pembelajaran untuk (menumbuhkan rasa ingin tahu) soswa terhadap materi yang akan disampaikan
5.   Guru menginformasikan metoda yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar (Tanggung Jawab)
6.   Menanyaan materi yang telah disampaikan minggu lalu.

.
Langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti yang terintegrasikan dengan metode belajat talking chip (Keping Bicara)
1.  Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, dengan beranggotakan 3-4 orang perkelompoknya.
2.  Setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing

Mengamati
3.  Guru memfasilitasi kerja siswa untuk materi pembelajaran kelompok-kelompok belajar dengan memberikan tugas atau masalah yang harus dipecahkan oleh siswa tersebut yang berkaitan dengan materi
4.  Guru menayangkan gambar dan video mengenai transaksi pembayaran
5.  Siswa menyimak beberapa gambar dan vedio yang ditampilkan guru yang berkaitan dengan sistem pembayaran
Menanya
6.   Siswa menyakan materi atau tugas yang tidak dipahami kepada guru
Mengumpulkan Informasi

7.  Siswa yang telah dikelompokkan tadi mengumpulkan informasi berdasarkan materi dari berbagai media (Buku, Internet, Artikel).
Mengasosiasi / Mengolah Informasi
8.   Siswa yang telah dikelompokkan tadi akan berdiskusi untuk menentukan atau mencari  jawaban atas tugas yng diberikan oleh guru
9.   Para siswa dalam kelompokny membahas topic atau diskusi untuk masalah yang diberikan guru
Mengkomunikasikan
10.  Salah satu kelompok mempersentasekan tugasnya kedapan kelas.
11.  Setiap siswa yang ingin berbicara atau mengemukakan suatu ide, siswa tersebut terlebih dahulu harus mengangkat kartunya, kemudia kartuny disimpan diengah meja dalam kelompok. Siswa tidak bisa bicara lagi jika kartu yang dimilikinya sudah habis, sampai semua kartu milik siswa lain pada kelompok juga habis.



Penutup
1.      Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang jenis-jenis sistem pembayaran.
2.      Guru menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
3.      Guru memberikan pertanyaan lisan pada beberapa orang siswa sebagai gambaran daya serap siswa




H.    Penilaian

Teknik dan Bentuk Instrumen
Teknik
Bentuk Instrumen
a.       Pengamatan Spiritual dan Sikap
-          Lembar pengamatan dan rubrik
b.      Tes Pengetahuan
-          Pilihan ganda dan uraian
c.       Tes Keterampilan
-          Membuat laporan

1.      Instrumen
a.       Rubrik Pengamatan Spiritual
Kriteria
Skor
Indikator
Sangat Baik (SB)
4
Selalu
Baik (B)
3
Sering
Cukup (C)
2
Kadang-kadang
Kurang (K)
1
Tidak pernah
Keterangan:
i.        Indikator dikembangkan  Sebagaimana sebagaimana dalam rubrik.
ii.      Indikator terdiri dari: (1) Menunjukan rasa syukur , (2) Berdoa diawal dan akhir pelajaran, (3) Memberi salam (ketika guru masuk dan keluar kelas, membuka dan menutup persentasi), (4) Beribadah ketika istirahat kedua (bagi muslim).

b.      Rubrik Pengamatan Sikap
Kriteria
Skor
Indikator
Sangat Baik (SB)
4
Selalu santun dalam bersikap dan bertutur kata kepada guru dan teman
Baik (B)
3
Sering santun dalam bersikap dan bertutur kata kepada guru dan teman
Cukup (C)
2
Kadang-kadang santun dalam bersikap dan bertutur kata kepada guru dan teman
Kurang (K)
1
Tidak pernah santun dalam bersikap dan bertutur kata kepada guru dan teman
Keterangan:
iii.    Indikator dikembangkan  sebagaimana pengembangan indikator santun.
iv.    Indikator terdiri dari: (1) Santun , (2) Jujur, (3) Tanggung Jawab, (4) Disiplin, (5) Peduli, (6) Responsif, (7) Proaktif.

c.       Tes Pengetahuan
Bentuk Soal
Jumlah Soal
Pilihan ganda
10 (sepuluh)
Esai
5 (lima)

d.      Tes Keterampilan
                                            i.            Rumusan Soal
Membuat laporan mengenai jenis sistem pembayaran
                                          ii.            Kriteria, Skor, dan Indikator Keterampilan
Kriteria
Skor
Indikator
Kerapihan
3
Rapih
2
Kurang Rapih
1
Tidak Rapih
Kelengkapan
3
Lengkap
2
Kurang Lengkap
1
Tidak Lengkap
Kesesuaian
3
Sesuai
2
Kurang Sesuai
1
Tidak Sesuai

2.      Format Penilaian
a.       Format Penilaian Spiritual
No
Nama
Skor
Jumlah
Skor
Nilai
Predikat
1
2
3
4



1








2








...








Dst








Keterangan:
                                i.            Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai x jumlah kriteria.
Dari contoh di atas skor maksimal = 4 x 4 = 16
                              ii.            Nilai sikap = (jumlah skor perolehan : skor maksimal) x 100
                            iii.            Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut:
SB   =  Sangat Baik   = 80 – 100                   C   = Cukup    = 60 - 69 
B     =  Baik               = 70 – 79                     K   = Kurang   = < 60







b.      Format Penilaian Sikap
No.
Nama
Skor
Jumlah
Skor
Nilai
Predikat
1
2
3
4
5
6
7
1.











2.











...











Dst











Keterangan:
                                i.            Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai x jumlah kriteria.
Dari contoh di atas skor maksimal = 7 x 4 = 28
                              ii.            Nilai sikap = (jumlah skor perolehan : skor maksimal) x 100
                            iii.            Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut:
SB   =  Sangat Baik    = 80 – 100                   C   = Cukup    = 60 - 69 
B     =  Baik                 = 70 – 79                     K   = Kurang   = < 60

c.       Format Penilaian Pengetahuan
Pensekoran:
a. pilihan ganda:
{nilai perolehan : skor maksimal (10)} x100
            b. esai:
{nilai perolehan : skor maksimal (5)} x 100
            c. nilai keseluruhan
(Nilai pilihan ganda + nilai esai) : 2

d.      Format Penilaian Keterampilan
No.
Nama
Skor
Jumlah Skor
Nilai
Kerapihan
Kelengkapan
Kesesuaian
1.






2.






...






dst






Keterangan :
1.      Skor Maksimal = Jumlah Kriteria x Jumlah Indikator Per Kriteria
2.      Nilai Keterampilan = (Jumlah Skor Perolehan : Skor Maksimal) x 100

Mengetahui,

Padang,           April 2015
Kepala Sekolah




……………………….

Guru Mata Pelajaran




……………………………….
Materi pembelajaran

SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA
:: Apa Itu Sistem Pembayaran (SP)?
Apa itu SP? SP adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang dipakai untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Lantas, apa saja komponen dari SP? Sudah barang tentu harus ada alat pembayaran, ada mekanisme kliring hingga penyelesaian akhir (settlement). Nah, selain itu juga ada komponen lain seperti lembaga yang terlibat dalam menyelenggarakan sistem pembayaran. Termasuk dalam hal ini adalah bank, lembaga keuangan selain bank, lembaga bukan bank penyelenggara transfer dana, perusahaan switching bahkan hingga bank sentral (lihat Perkembangan).
:: Evolusi Alat Pembayaran
Alat pembayaran boleh dibilang berkembang sangat pesat dan maju. Kalau kita menengok kebelakang yakni awal mula alat pembayaran itu dikenal, sistem barter antarbarang yang diperjualbelikan adalah kelaziman di era pra moderen. Dalam perkembangannya, mulai dikenal satuan tertentu yang memiliki nilai pembayaran yang lebih dikenal dengan uang.  Hingga saat ini uang masih menjadi salah satu alat pembayaran utama yang berlaku di masyarakat. Selanjutnya alat pembayaran terus berkembang dari alat pembayaran tunai (cash based) ke alat pembayaran nontunai (non cash) seperti alat pembayaran berbasis kertas (paper based), misalnya, cek dan bilyet giro. Selain itu dikenal juga alat pembayaran paperless seperti transfer dana elektronik dan alat pembayaran memakai kartu (card-based) (ATM, Kartu Kredit, Kartu Debit dan Kartu Prabayar).
:: Alat Pembayaran Tunai 
Alat pembayaran tunai lebih banyak memakai uang kartal (uang kertas dan logam). Uang kartal masih memainkan peran penting khususnya untuk transaksi bernilai kecil. Dalam masyarakat moderen seperti sekarang ini, pemakaian alat pembayaran tunai seperti uang kartal memang cenderung lebih kecil dibanding uang giral. Pada tahun 2005, perbandingan uang kartal terhadap jumlah uang beredar sebesar 43,3 persen.
Namun patut diketahui bahwa pemakaian uang kartal memiliki kendala dalam hal efisiensi. Hal itu bisa terjadi karena biaya pengadaan dan pengelolaan (cash handling) terbilang mahal. Hal itu belum lagi memperhitungkan inefisiensi dalam waktu pembayaran. Misalnya, ketika Anda menunggu melakukan pembayaran di loket pembayaran yang relatif memakan waktu cukup lama karena antrian yang panjang. Sementara itu, bila melakukan transaksi dalam jumlah besar juga mengundang risiko seperti pencurian, perampokan dan pemalsuan uang.
Menyadari ketidak-nyamanan dan inefisien memakai uang kartal, BI berinisiatif dan akan terus mendorong untuk membangun masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai atau Less Cash Society (LCS).
:: Alat Pembayaran Nontunai
Alat pembayaran nontunai sudah berkembang dan semakin lazim dipakai masyarakat. Kenyataan ini memperlihatkan kepada kita bahwa jasa pembayaran nontunai yang dilakukan bank maupun lembaga selain bank (LSB), baik dalam proses pengiriman dana, penyelenggara kliring maupun sistem penyelesaian akhir (settlement) sudah tersedia dan dapat berlangsung di Indonesia. Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan Sistem Kliring. Sebagai informasi, sistem BI-RTGS adalah muara seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia.
Bisa dibayangkan, hampir 95 persen transaksi keuangan nasional bernilai besar dan bersifat mendesak (urgent) seperti transaksi di Pasar Uang AntarBank (PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta asing (valas) serta settlement hasil kliring dilakukan melalui sistem BI-RTGS. Pada tahun 2010, BI-RTGS melakukan transaksi sedikitnya Rp174,3 triliun per hari. Sedangkan transaksi nontunai dengan alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) dan uang elektronik masing-masing nilai transaksinya hanya Rp8,8 triliun per hari yang dilakukan bank atau LSB.  
Melihat pentingnya peran BI-RTGS dalam sistem pembayaran nasional, sudah barang tentu harus dijaga kontinuitas dan stabilitasnya. Bila sesaat saja sistem BI-RTGS ini ngadat atau mengalami gangguan jelas akan sangat menganggu kelancaran dan stabilitas sistem keuangan di dalam negeri. Hal itu belum memperhitungkan dampak material dan nonmaterial dari macetnya sistem BI-RTGS tadi. Untuk itulah BI sangat peduli menjaga stabilitas BI-RTGS yang dikategorikan sebagai Systemically Important Payment System (SIPS). SIPS  adalah sistem yang memproses transaksi pembayaran bernilai besar dan bersifat mendesak (urgent).Adalah wajar saja apabila Bank Indonesia sangat peduli menjaga kestabilan SIPS dengan mengelola risiko, desain, kehandalan teknologi, jaringan pendukung dan aturan main dalam SIPS. Selain SIPS dikenal pula System Wide Important Payment System (SWIPS), yaitu sistem yang digunakan oleh masyarakat luas. Sistem Kliring dan APMK termasuk dalam kategori SWIPS ini. BI  juga peduli dengan SWIPS karena sifat sistem yang digunakan secara luas oleh masyarakat. Apabila  terjadi gangguan maka kepentingan masyarakat untuk melakukan pembayaran akan terganggu pula, termasuk kepercayaan terhadap sistem dan alat-alat pembayaran yang diproses dalam sistem.
Perlu diketahui bahwa BI bukan semata peduli akan terciptanya efisiensi dalam sistem pembayaran, tapi juga kesetaraan akses hingga ke urusan perlindungan konsumen. Yang dimaksud terciptanya sistem pembayaran, itu artinya memberi kemudahan bagi pengguna untuk memilih metode pembayaran yang dapat diakses ke seluruh wilayah dengan biaya serendah mungkin. Sementara yang dimaksud dengan kesetaraan akses, BI akan memperhatikan penerapan asas kesetaraan dalam penyelenggaraan sistem pembayaran. Sedangkan aspek perlindungan konsumen dimaksudkan penyelenggara wajib mengadopsi asas-asas perlindungan konsumen secara wajar dalam penyelenggaraan sistemnya. (***)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar