PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO-VISUAL
Dosen Pengampu :
Dr. Marwan, M.Si.
Mata
Kuliah : Media
Pembelajaran Ekonomi
Disusun Oleh
Kelompok 4
Nama Nim
Ayu
Warmi 141790
Elidawati 141790
Hermita 14179010
Melisa
Safitri 141790
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TA 2015
Pembuatan media audio-visual
1.
Langkah-langkah
produksi
Prosedur
produksi media audio-visual melalui tiga tahap kegiatan, yaitu pra produksi,
produki, dan pasca produksi. Pra produksi adalah tahap persiapan , yakini
kegiatan-kegiatan awal sebelum dilakukan pengambilan gambar dan perekaman suara
serta ilustra-ilustrasi laiinya. Luaran yang dihasilkan pra produksi ini adalah
berupa naskah media audio-visual yang akan digunakan sebagai pedoman atau
rujukan oleh sutradara. Pengambilan gambar, penata suara dank rue film lainnya
dalam tahap proses selanjutnya. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap
produksi adalah indentifikasi program media, penyusunan garis-garis besar media
video (GBIMV), penyusunan jabaran materi media dan penulisan naskah media.
Tahap produksi terdiri rembuk naskah, hunting, casting, budgeting, shooting dan
rekam audio. Sedangkan tahap pasca produksi dilakukan editing, validasi
ujicoba, revisi dan produksi.
2.
Prosedur
pembuatan
1.1
Tahap
pra produksi
Tahap
pra produksi adalah tahap perencanan dan persiapan yang meliputi beberapa
kegiatan, yaitu :
1) penentuan
indentifikasi program media
untuk menghasilkan suatu karya apapun,
dimulai dengan gagasan. Gagasan dalam pembuatan media pembelajaran ini yaitu terkait
dengan bentuk atau jenis media yang akan diproduksi.ini merupakan langkah awal
yang harus dilakukan oleh seorang pengembang media pembelajaran. Untuk media
pembelajaran, pencarian ide dan penetapan bentuk dan jenisnya sebaiknya
didasarkan pada hasil telaah kurikulum yang berlaku dan sesuai dengan kebutuhan
sasaran yang dituju.Tidak semua jenis media cocokdengan semua jenis materi
pembelajaran. Disamping itu, tidak semua materi yang ada dikurikulum perlu
dibuatkan medianya.
Dari penelaahan kurikulum akan
dihasilkan apa yang disebut Pola Dasar Kegiatan Pembelajaran (PDKP). Dalam
penyusunan PDKP tersebut perlu dimasukkan semua kompetensi diharapkan beserta
indikator keberhasilan topic yang kan dikembangkan mediannya. Dari kompetensi
dan indikator tersebut kemudian ditetapkan jenis dan bentuk media yang cocok
digunakan dalam pembelajarannya.
1) Penyusunan
Garis Besar Isi Materi (GBIMV)
Sebagaimana
PDKP, penyusunan GBIMV juga harus didasarkan pada analisis kebutuhan, indikator
kompetensi dan topik materi. GBIMV digunakan digunakan sebagai pedoman bagi
penulis naskah dalam penulisan naskah media. Dalam penyusunan GBIMV dipelrukan
bantuan dari ahli materi dan ahli media. Ahli materi mengkaji kebenaran dari
kecukupan materi, sedangkan ahli media mengkaji kemenarikan, performans dan
kesuaian madia tersebut dengan materi. Berdasarkan hasil telaah yang dilakukan,
dapat diidentifikasi topik-topik materi tersebut selanjtuknya dimasukkan
kedalam GBIMV.
Penyusunan
GBIMV dapat juga digunakan dalam menetetapkan jumlah topik dan subtopik yang
saling berhubungan dalam program media yang dibuat. Disamping itu, juga bisa
digunakan dalam memperkirakan durasi untuk media audio dan video, dan jumlah
bab atau subbab untuk jenis media cetakuntuk setiap topik materi yang akan dibahas perlu dicarikan bukurefensi
dsan sumber informasi pendukung lainnya termasuk observasi kelokasi sumber.
2) Penyusunan
Jabaran Materi (JMM)
Penyusunan JMM bertujuan untuk
mempermudah penulisan naskah, perkiraan durasi, topic materi dan biaya produksi
media. Topic-topik yang sudah dirumuskan tadi kemudian dilakukan penjabaran.
Jabaran topic ini diperlukan sebagai dasar untuk merencakan ilustrasi visual
dan audio untuk media.
Di dalam JMM harus dituliskan secara
lengkap topic-topik atau butirmateri yang akan diangkat dalam media. Penjabaran
materi ini diperlukan secara hati-hati dan cermat agar tidak terjadi kesalahan
fatal yang akan menyebabnkan minkonsepsi bagi pengguna media nantinya. Dalam
aplikasinya, diusahakan sesuai dengan kondisi lingkungan dan kesukaan peserta
didik agar materinya lebih mudah mereka pahami. Salah dalam pemilihan aplikasi
akan menyebabkan materi tersebut sulit dimengerti oleh para npeserta didik.
Misalnya, mereka kesulitan memahami dan
membayangkan sesuatu yang belum pernah merka lihat, dengan dan alami.
Dalam penyusunan GBIMV
dan JMM untuk media audio dan video, Riyana (2006) memberikan beberpa tips
praktis yaitu :
a.
Topic program dipilih salah satu bagian
dari topik materi.
b.
Judul program ditentukan dari topic yang
telah ditelaah.
c.
Sasaran adalah merkea yang menajdi
target dari program yang disajikan.
d.
Kompetendi dan idikator dirumuskan
sesuai dengan pengembangan, pendalaman, ataupun pengayaan materi dalam GBIM.
e.
Topik – topik materi merupakan hasil
jabaran dari kompetensi dan indikator.
f.
Format sajian. Penentuan format sajian
berdasarkan jumlah materi yang disajikan, yang mengacu ke daya tarik sasaran.
g.
Durasi. Lama program terbatas dan tidak
perlu panjang.
3)
Penulisan Naskah.
a.
Persiapan Naskah
Naskah
dalam perencanaan media diartikan sebagai pedoman tertulis yang berisi
informasi dalam bentuk visual, grafis dan audio yang dijadikan acuan dalam
pembuatan media tertentu, sesuai dengan tujuan dan kompetensi tertentu. Naskah
juga dikatakan sebagai outline media yang akan mengandung isi materi dan
kompetensi yang diaharapkan tercapai. Melalui naskah inilah tujuan dan materi
tersebut dituangkan dengan kemasan sesuai dengan jenis media, sehingga media
yang dibuat benar-benar akan memiliki kesesuaian dengan harapan.
Dilihat
dari formatnya naskah memiliki bermacam-macam jenis, dan tiap jenis memiliki
bentuk yang berbeda-beda, namun fungsinya sama, yaitu sebagai penuntun dalam
memproduksi media. Unsur-unsur audio, teks, dan visual yang harus ditampilkan
dalam media beserta urutannya dengan jelas tertera di dalam naskah.
Naskah
yang baik, tidak dibuat secara spontanitas, langsung jadi, akan tetapi meliputi
beberapa tahapan. Proses penyusunan naskah media melalui beberapa tahapan,
yaitu :
a) Tahapan
pertama
Dimulai dari pencarian
ide/ gagasan menenai format sajian yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
Dalam pencarian ide diperlukan kreativitas dan pertimbangan kira-kira format
seperti apa yang menarik, namun tetap memiliki subtansi materi yang jelas. Misalnya
kita ingin membuat media video untuk siswa SMA kelas XI
Setiap
format sajian bisa dibuat dalam berbagai alternative dan setting yang lain.
Kita tinggal mempertimbangkan dan memilih mana yang paling mungkin dproduksi
didasarkan berbagai pertimbangan. Yang perlu diperhatikan adalah naskah video
pembelajaran sebaiknya ditulis dengan memperhatikan metode pembelajaran dan
factor kemenarikan program. Istilah umum untuk program pembelajaran penyajiannya yaitu secara edutainment,
artinya mendidik dan menghibur( perlu dan menarik), untuk membuat menarik ada
beberapa cara, misalnya adanya konflik, lucu, human interes (menyentuh
perasaan), bintang, terkenal, berbeda, mutakhir dan sebagainya.
b) Tahap
kedua
Pengumpulan data dan
informasi untuk membuat, melengkapi, dan memperkaya naskah media tersebut.
Mengumpulkan bahan ini dapat dilakukan dengan cara mengkaji litertur, melakukan
survei sederhana atau juga terlebih dahulu dilakukan penelitian secara
mendalam. Misalnya : jika kita akan membuat video tentang sampah, maka perlu
dipelajari literatur tentang kesehatan, lingkungan, sampah, dan lain-lain.
c) Tahap
ketiga
Menyusun sinopsis dan
treatmen. Sipnopsi secara singkat dapat diartikan sebagai ringkasan program
atau ringkasan cerita. Dalam istilah yang lebih sederhana sinopsis dapat
diartikan sebagai ringkasan cerita. Dalam penulisannya sinopsis tidak diuraikan
dengan kalimat yang panjang tetapi cukup beberapa kalimat saja, namun tercakup
didalamnya: tema, event, dan alur yang dikemas dengan kalimat yang sederhana
dan mudah dipahami. Sedangkan treatment merupakan pengembangan dari sinopsis,
semua alur cerita yang akan ada dalam video tersebut diuraikan dari awal
kemunculan gambar sampai program berakhir diuraikan secara deskriptif. Sinopsis
dan treatment khususnya dibuat untuk media sound slide, film, video, program
media audio. Sedangkan media cetak tidak membutuhkan treatment.
b b.
Skenario (shooting Script)
skenario merupakan petunjuk operasional
dalam pelaksanaan produksi atau pembuatan programnya. Jadi skenario sangat bermanfaaat
bagi teknisi dan kerabat produksi yang akan melaksanankannya dengan tanggung
jawab teknis operasional. Dalam skenario inilah beda antara film dan video akan
tampak karena video mempunyai efek visual tertentu yanga kan dimilki oleh media
film, misalnya dissolve, wipe, superimpose, split, image, dan sebagainya. skenario
untuk program video mempergunaka lebih banyak istilah-istilah atau “bahasa”
produksi dan petunjuk-petunjuk teknis operasional bagi kerabat dan teknisi
produksi.
c. Pengkajian/Validasi Naskah
Setiap naskah harus
dikaji oleh ahli materi, ahli media,dan ahli bahasa. Ahli materi mengkaji aspek
sajian materi san aspek pembelajaran. Ahli
media mengkaji dari aspek penyajian (media), misalnya : kemenarikan penyampaian
materi tersebut sesuai karakteristik pemain, perwatakan, animasi, adegan,
konflik, musik, sound effect, format program, alur program, dll. Sedangkan ahli
bahasa mengkaji kaidah dan pilihan kata sesuai dengan karakteristik sasaran.
Naskah dikatan final dan siap untuk diprodulsi apabila sudah disetujui dan
ditandatangani oleh ketiga pengkaji tersebut. Disinilah kegiatan akhir dari
praproduksi. Naskah yang sudah dinyatakan final/laik produksi selanjutnya
diserahkan kepada Sutradara untuk diproduksi.
1.1
Tahap
Produksi
Setelah
naskah divalidasi dan disetujui, naskah tersebut diserahkan kepada Sutradara
untuk memulai kegiatan produksi. Setelah menerima naskah, sutradara biasanya
akan melakukan langkah-langkah sebagaia berikut:
1) Rembuk
Naskah (Script Conference)
Rembuk nasakah
diperlukan untuk menyamkan persepsi pemahaman terhadap naskah, sehingga apabila
diproduksi diharapkan tidak terjadi kesalahan yang fatal yang menyebabkan
miskonsepsi pengguna media. Hasil dari rembuk naskah adalah sutradara memahami
naskah dengan baik sesuai dengan kemauan penulis, pengkaji materi, media dan
bahasa. Dengan demikian, sutradara akan mengubah naskah menjadi bahasa visual
dan audio yang terintegrasi sehingga menjadi sebuah media pembelajaran yang
mudah dipahami, enak ditonton, menyenangkan dan bermanfaat.
2) Pembentukan
Tim Produksi (Production Crews)
Tim produksi atau kru
produksi, biasa juga disebut kerabat kerja, merupakan sekumpulan orang yang
nenpunyai profesi atau keahlian berbeda-beda tetapi setelah disatukan menjadi
sebuah tim yang kompak sehingga menghasilkan sebuah karya yang luar biasa. Tim produksi dapat berjumlah besar
dapat juga berjumlah kecil. Prinsipnya jumlah tim dalam produksi cukup
flesibel, tergantung kondisi pekerjaan yang dihadapi.
3) Membuat
Story Board/Shooting Script
Setelah tim produksi
media terbentuk,maka tugas pertama yang dilakukan adalah setiap anggota harus
mempelajari dan memahami naskah. Setelah itu diadakan rapat tim untuk menyusun
story board/shooting scripy, yaitu petunjuk operasional dalam kegiatan
produksi, pembuatan program dan pengambilan gambar. Didalam story board sudah tergambar secara
lengkap dan sistematis setiap adegan bahkan shot (gambar) yang akan diambil
misalnya, siapa yang akan muncul, bagaimana gerakan, dimana posisi objek dan
sebagainya.
Skenario sangat bermanfaat
bagi teknisi dan kerabat produksi yang bertanggung jawab pada pekerjaan teknis
operasional, seperti editor, kameramen, pengambilan gambar, sound man, dan
pencatat adegan. Skenario biasanya menggunakan banyak istilah atau petunjuk
teknis berkaitan dengan bahasa produksi.
4) Penghitungan
dan penyususunan anggaran
Anggaran
di susun adalah total biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan media tersebut,
mulai dari perencanaan sampai kegiatan
pasca produksi. Penyususunan anggaran harus mempertimbangkan berbagai faktor
seperti lamanya syuting, jumlah tim produksi, lokasi, biaya editing dan lainnya
5) Pemilihan
pemain (casting)
Pemain perlu di pilh
sesuai tuntutan naskah. Kesalahan dalam pemilihan pemain atau karakter pemain
akan mengakibatkan kesalahan penyampaian materi atau materi menjadi tidak
menarik.
6) Pencarian
lokasi (Hunting)
Lokasi harus di
sesuaikan dengan tuntutan naskah, kalau ingin mengubah lokasi agar lebih hemat
harus di bahas ketika rembuk naskah, lokasi syuting dapat di luar atau di dalam
studio tergantung efektifitas dari pengambilan gambar dan tuntutan naskah.
7) Rapat
tim produksi (Production meeting)
Dalam pertemuan ini
masing-masing profesi menyampaikan persiapan yang udah dan akan di lakukan,
serta mencari solusi masalah yang belum
terselesaikan, semua hal berkaitan dengan alat, bahan dan lainnya sesuai tugas
masing-masing sudah harus di temukan.
8) Setting
Lokal (Blocking Area/ Location Set) Sebelum melakukan pengambilan gambar
Sutradara bersama tim
produksi mengadakan penataan lokasi dan setting properti sesuai yang di
butuhkan dalam naskah.
9) Pengambilan
gambar dan suara
Disini Kegiatan
produksi merupakan kegiatan untuk merubah ide dalam bentuk naskah ke bentuk
gambar dan suara, gambar dan suara yang di dapatkan harus prima sesuai yang
kita inginkan. Bila yang ada hanya gambar saja tanpa suara ini akan menjadi
kurang menarik sehingga di perlukan Microphone dan peralatan audio lainnya untuk melengkapi gambar
tayangan dengan suara atau audio selanjutnya di gabungkan dalam media
penyimpanan dengan menggunakan tape recorder.
1.1
Tahap
Pasca Produksi
1) Video
Editing
Editing
adalah merangkai gambar dengan gambar, gambar dan suara dengan gambar, suara
dengan suara menjadi satu rangkaian yang kronologis sehinggan mampu
menyampaikan pesan sesuai dengan naskah dan enak di tonton
Tiga
bentuk edit atau penyambungan gambar yaitu cut, MIX, Fade
Cut : dipergunakan untuk kontinuitas
gerak/ action yang relatif cepat, menunjukkan sesuatu yang saling berkaitan
(implict) perubahan informasi atau tempat dan lain-lain.
Mix : dimaksudkan untuk perubahan waktu,
menyampaikan dua infonnasi dalam satu frame, perubahan waktu setempat secara
perlahan-lahan, bayangan pikiran dan
lain-lain.
Fade ada 2 macam , - Fade in
dipergunakan untuk permulaan program, permulaan scene, perubahan waktu,
perubahan lokasi.
-
Fade out di pergunakan untuk ending
program, ending scene, perpindahan waktu dan perpindahan lokasi.
2)
Macam-macam
editing
a) Linear
editing
Linear editing hanya
mengandalkan pada hasil gambar yang di rekam kamera dan sangat bergantung pada
orang yang mengoperasikan kamera, biasanya dalam pengambilan gambar mengikuti
urutan yang sudah di rencanakan karena dalam prosesnya gambar yang di
ambilberupa duplikat atau copy dari master shootingnya sehingga banyak terjadi
penurunan kwalitas gambar akibat dari proses editing.
Saat ini linear editing
sudah banyak di tinggalkankarena mahal.
b) Non
Linear Editing
Metode editing ini
menggunakan komputer untuk melakukan proses editing. Proses ini hampir
seluruhnya di lakukan cecara digital dan tidak mempergunakan proses mekanik
terkecuali dalam mengimport dan mengeksport hasil akhir ke dalam kaset atau CD. Editing ini pada
dasarnya menggunakan metode Cut and Paste.
Proses video editing
jadi lebih mudah seperti memindahkan scene atau
urutan gambar cukup dengan cut and paste sekaligus menambahkan efek dan
judul. Dengan editing digital video bisa disimpan ke kaset kemudian di tonton
kembali atau di duplikat ke media lain. Komputer non Linear editing harus
mempunyai kombinasi yang baik antara Ram, Hardisk dan OS, adanya konflik antara
hardware, software dan komponen lainnya dapat menyebabkancrash, hasil akhir
yang direkam ke kaset dapat beragam, seperti seperti lompat atau adamya frame
yang hilang. Kunci sukses adi editor video
yang sukses adalah waktu, kesabaran, pemahaman pada alat yang di gunakan
dan selalu mencari ide baru yang inovatif.
3 3)Perangkat lunak editing
Saat
ini perangkat lunak (sofware) editing sangat beragam dari yang kelas high-end
sampai yang low end semua perangkat lunak ini mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Dari sekian banyak perangkat lunak yang tersedia,
yang mudah penggunaanya antara lain adalah Pinnacle Studio, Movie Maker, Adobe
Premiere pro, dan lain-lain.
4)
Mixing
Mixing
merupakan kegiatan memadukan gambar dan suara agar menjadi satu kesatuan
program yang enak dilihat dan didengar. Dalam memadukan gambar dapat memadukan
2 atau lebih gambar agar dapat tampil dalam satu frame, disamping itu juga
memadukan suara dengan suara agar menjadi satu kesatuan yang enak didengar.
55) Preview
Preview melibatkan sutradara, ahli
materi, ahli media, dan penulis. Kegiatan preview atau istilah dialam evaluasi
disebut expert judment untuk melihat apakah media yang dibuat sesuai dengan
perencanaan (naskah)
Aspek
yang dinilai dalam priview media video/televisi yaitu:
a. Ahli
materi, meliputi materi dan pembelajaran (pedagogik)
b. Ahli
media, meliputi media (sesuai karakteristik TV), teknis (gambar, suara, pemain,
tulisan, sudut pengambilan gambar, komposisi, setting, propertis, kostum,
musik, animasi, dll)
c. Ahli
bahasa, berkaitan dengan pilihan kata, penggunaan kalimat, hubungan antar
paragraf.
d. Ahlli
psikologi, menilai kesesuaian dengan sasaran dan dampak/efek psikologis
tayangan.
6) Uji coba
Uji
coba ini dimaksud untuk melihat kesesuaian dan efektivitas media dalam
pembelajaran. Hal ini diperlukan karena kadang-kadang apa yang dikonsep oleh
penulis dan para ahli belum tentu sesuai dengan kenyataan dilapangan. Dalam uji
coba diperlukan bantuan teman sejawat sebagai pengamat. Untuk itu perlu disiapkan
lembar observasi/pengamatannya. Hasil uji coba merupakan masukan untuk
dilakukan revisi atau langsung dapat dipakai untuk media pembelajaran dikelas
atau disiarkan.
7) Revisi
Setelah
uji coba dilakukan, maka dilakukan telaah dan refleksi terhadap catatan-catatan/data
hasil observasi teman sejawat dan angket siswa. Semua kekurangan segera
diperbaiki atau direvisi agar diperoleh hasil yang lebih baik dan lebih
sempurna.
8) Produksi dan Distribusi
Tahap
terakhir adalah memproduksi media. Jumlah media yang diproduksi harus sesuai
dengan keperluan dilapangan. Media pembelajaran uang sudah diproduksi
didistribusikan kepadapengguna untuk digunakan atau dijual.
2.
Peralataan
Pendukung Produksi
Kegiatan
produksi merupakan kegiatan inti dalam pembuatan media pembelajaran
audio-visual. Pada tahap ini dilakukan pengambilan ilustrasi berupa gambar
(diam, bergerak) dan suara (musik, narasi, sound effect) termasuk juga teks,
yang disesuaikan dengan tuntutan naskah skenario yang susah disusun. Selama
proses pengambilan ilustrasi media ini diperlukan berbagai peralatan, seperti
kamera video digital (digital video camera), mikrofon dan peralatan pendukung
lainnya seperti tripod
Sumber:
Asyhar,R. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar